Kamis, 13 Oktober 2011

Al Hikam

Bab I

Orang Orang Yang Arif


"Tanda Orang yang Arif dalam amal, ia tidak membanggakan amal ibadahnya. Berkurangnya harapan kepada Allah ketika terjadi kekhilafannya kepada Allah"

            Orang orang yang arif adalah orang yang tidak membanggakan amal ibadahnya. Orang yang seperti ini kurang pengharapannya kepada Allah, ketika ia berhadapan dengan rintangan yang menimpa. Sedang sifat orang yang bijaksana dalam meneguhkan imannya kepada Allah selalu berpegang teguh (istiqamah) kepada kekuasaan yang ada pada Allah.
           Para arifin dalam imannya kepada Allah selalu menyaksikan kebenaran Nya dari atas permadani hidupnya. Ia tidak dapat memutuskan hubungannya dengan Allah karena telah menyaksikan kebesaran Allah dari hidupnya sendiri. Ia tidak menjadikan amal ibadahnya sebagai kebanggaan hidupnya, akan tetapi ia jadikan sebagai suatu kewajiban seorang hamba kepada Khaliq yang senantiasa ia kuatirkan, kalu kalau ibadahnya itu tidak diterima oleh Allah SWT.
           Orang Arifin yang selalu memperhatikan dirinya dan menguatirkan amalnya dengan harapan rahmat dari Allah SWT., menempatkan diri mereka dengan jiwa mereka dengan jiwa yang waspada dan tenang. Karena kewaspadaan jiwa dalam ibadah serta ketenangannya akan memberikan manusia sifat sifat utama yang terdengar dari suara hati nuraninya sendiri yang suci bersih.
              Adapun orang yang berbuat dosa dan kesalahan, akan tetapi ia enggan mengharapkan rahmat dan ampunan Allah, maka ia telah menumbuhkan rasa angkuh akan kemampuan dirinya tanpa rahmat dan pertolongan Allah. Orang ini telah mengesampingkan Allah dalam Tauhid Nya. Orang seperti ini telah melibatkan dalam dosa dan kesalahan.
             Pengharapan kepada Allah, selalu menjadi hiasan hati orang orang arif, selalu menjadi keinginan manusia yang beriman akan kebutuhannya kepada Allah Ta'ala, karena meyakini pemberian Allah itu sangat luas, dan rahmat Allah sangat banyak. Apabila pada suatu saat si hamba Allah ini tergelincir dalam perbuatan maksiat, ia akan menemukan jalan keluar, karena rahmat dan kecintaan Allah akan melepaskannya. Karena si hambs yakin kasih sayang akan mendatnginya, melindungi dan memberikan pertolongan kepadanya.
                 Pemberian Allah berupa rahmat dan pertolongan akan diterima seorang hamba, apabila si hamba yang berlumuran dosa sadar akan kelemahan dirinya, dan yakin kepada rahmat-Nya. Keyakinan seperti ini akan memberi peluang bagi manusia berdosa agar cepat cepat bertobat dan memohon ampunan kepada Allah Swt., seperti yang ia yakini, sebagai satu satunya tempat ia bersandar.
                  Tobat bagi seorang yang arif adalah pertanda nuraninya masih hidup dan jiwanya masih dibakar oleh iman, sehingga ia tidak berputus asa menghadapi segala sesuatu yang ada padanya, sebagai kenyataan yang tak boleh dielakkan. Mereka yang berpribadi seperti ini adalah kelompok orang yang ditegaskan oleh Al Qur'an sebagai golongan kanan (ashabul yamin).
              Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menciptakan agama untuk manusia, bersamaan dengan memberikan kemampuan mereka untuk beramal. Karena dengan amal itu manusia akan berupaya melepaskan dirinya dari dosa dan kesalahan, serentak akan memberikan tempat kepadanya hiasan keutamaan diri.
               Iman yang paling tinggi kualitasny6a, adalah iman yang mampu melepaskan dirinya dari belenggu yang membebaninya, melalui ujian. Inilah watak yang paling berharga, ketika seorang mukmin sadar akan dirinya atas pemberian rahmat dan karunia Allah yang begitu banyak yang telah ia terima. Oleh karena belenggu dosa yang begitu banyak membebani dirinya dan terikat dalam hatinya, si hamba tidak merasakan rahmat dan nikmat Allah yang telah banyak diterimanya.
                 Berpikir dengan akal sehat itu lebih utama dan lebih agung pahalanya dari berpikir dengan akal yang sakit, oleh karena dosa yang menjauhkannya dari rahmat Allah. Karena rahmat Allah itu dekat dengan orang beriman, sesuai dengan firman Allah, "Sesungguhnya Allah dekat dengan orang orang yang berbuat baik (orang beriman)."
                   Demikian juga ketaatan kepada Allah bukanlah suatu amal yang harus dipamerkan, atau semisalnya, karena ketaatan adalah hiasan jiwa yang bertahtakan ketulusan di dalamnya. Ketaatan itu sendiri belum menjadi jaminan seorang masuk surga. Karena hal ini memerlukan ujian yang sangat istimewa. Sebab pada dasarnya ketaatan adalah karunia yang sangat mahal harganya bagi hamba Allah yang perlu mendapatkan penjagaan terus menerus sepanjang hayatnya. Setiap karunia yang menjadi anugerah Allah Swt, berupa apapun, terutama jiwa yang taat, adalah merupakan hidayah dari Allah Swt.
                      Meyakini bahwa iman dan ketaatan seorang hamba kepada khaliqnya adalah hidayah Allah, maka seorang yang arif akan selalu memberi bobot jiwanya, serta menghindarkan dari dirinya kedengkian, kesombongan, demikian juga kebanggaan. Sebab, sifat yang disebut terakhir, akanb memberi kesempatan kepada iblis mendapat tempat dalam ruang jiwa kita. Hal ini sangat berbahaya.
                     Keimanan kepada Allah sebagai penangkal bagi orang yang arif, adalah perisai yang paling ampuh, dan senjata yang paling tajam, berhadapan dengan musuh Allah dan musuh orang yang beriman yaitu iblis. Hanyadengan iman islam yang telah dipilih Allah Swt. yang akan mampu memberi kekuatan dan senjata pamungkas. Hamba Allah yang mempergunakan Islam sebagai senjata melawan iblis, itulah yang akan mendapat kemenangan dan kasih sayangNya. Karena Allah Swt. telah mengingatkan, "Barangsiapa yang mengikuti agama, yang bukan agama Islam, maka tidak diterima amal ibadahnya, sedangkan di alam akhirat ia termasuk orang yang rugi".(QS. Ali Imran: 85).
                       Ketahuilah bahwasannya berpegang teguh kepada keutamaan dan kemuliaan lebih diperlukan daripada berpegang kepad perbuatan yang bertentangan dengan peraturan islam, satu amal yang tercela. Adapun perbuatan yang tercela itu datang mengunjungi kita, disebabkan jiwa kita tentang kebenaran dan kemuliaan sangat minim. Sedangkan memenuhi jiw akita dengan ajaran ajaran Islam adalah wajib, agar kita terhindar dari pengaruh ajaran dan pemikiran yang bukan Islam. Agam Islam itu wajib dijadikan hujjah dalam kehidupan kita, agar terhindar dari perbuatan yang bebal dan bodoh. 
                       Orang yang membanggakan amal ibadahnya, berarti ia menyandarkan dirinya hanya pada amal ibadahnya, tidak diperkenankan dalam syariat Islam. Semua amal ibadah hanyalah disandarkan kepada Allah Ta'ala. Karena setiap hamba Allah dalam ibadah dan amal adalah karena Allah Ta'ala belaka.
                        Selain hamba Allah yang beribadah dan beramal, adalah mencari rahmat dan karunia Allah, sedangkan yang memiliki rahmat itu adalah Allah Swt. Disebutkan dalam AL Qur'anul Karim, "Dengan karunia dan rahmat Allah jualah hendaklah kamu bergembira karenanya. Sebab karunia dan rahmat Allah itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan." (QS. Yunus:  58).
                       Berbangga kepada amal ibadah yang telah dilaksanakan sam dengan syirik. Karena perbuatan itu selain membanggakan diri di hadapan Allah Ta'ala, bahwa ia telah bisa beramal  dan beribadah, ia pun telah mendahului Allah seakan akan amal ibadahnya telah diterima Allah Swt. Orang seperti ini seakan akan amal itu datang dari kemapuannya sendiri, lalu mengandalkan amal itu untuk mencapai tujuan.
                     Orang orang aarif dan bermakrifat kepada Allah, lebih banyak bersyukur kepadaNya, karena banyak kesempatan baginya untuk beramal. Dengan rahmat dan kasih sayang itulah ia mampu melaksanakan semua amal ibadahnya dalam kehidupan dunia ini.
                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar